Rabu, 01 Desember 2010

“ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN “ ( Studi pada bakso bignyo di Pamulang)”

NAMA : NUR FITRIANI
NPM : 10207813
TUGAS : RISET PEMASARAN


“ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS
LAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN “
( Studi pada bakso bignyo di Pamulang)”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di dalam kehidupan manusia pasti akan mengalami perubahan , baik di bidang politik , ekonomi , sosial , budaya, dan juga berpengaruh terhadap pola perilaku persaingan bisnisnya. Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat dalam dunia bisnis. Setiap perusahaan pada umumnya ingin berhasil dalam menjalankan usaha-usahanya. Usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan adalah
salah satunya melalui kegiatan pemasaran, yaitu suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan penawaran, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. (Kotler 2000:9). Sejak dahulu makanan menempati urutan teratas dalam pemenuhan kebutuhan manusia, sehingga masalah pangan dikategorikan ke dalam kebutuhan primer atau kebutuhan pokok. Dengan alasan itu, manusia tidak dapat melepaskan kebutuhannya untuk makan karena hanya dengan makan manusia dapat
melangsungkan hidupnya. Dalam menikmati hidangan atau makanan, setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk memenuhinya. Cara tersebut dapat dengan memilih rumah makan yang indah dengan pelayanan yang mewah, dengan harapan bahwa konsumen akan merasa puas setelah ia mengorbankan sejumlah uang yang cukup besar di rumah makan yang cukup mewah itu. Di samping itu, adapula yang cenderung
memilih rumah makan yang biasa tetapi memberikan kepuasan dalam rasa
makanan yang disantapnya. Sebagian konsumen ada yang beranggapan dari pada
makan makanan yang mewah serta mahal tetapi tidak cukup lezat rasanya, lebih
baik memilih rumah makan yang biasa tetapi cukup lezat sesuai dengan selera
mereka. Selain pelayanan, harga juga merupakan variabel penting dalam pemasaran.
Harga yang rendah atau harga yang terjangkau menjadi pemicu untuk
meningkatkan kinerja pemasaran (Ferdinand, 2002:11). Faktor lokasi / tempat juga merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu bisnis. Menurut Jeni Raharjani (2005 : 5), strategi lokasi / tempat adalah salah satu determinan yang paling penting dalam perilaku konsumen, perusahaan harus memilih lokasi yang strategis dalam menempatkan tokonya (Rumah Makan) di suatu kawasan / daerah yang dekat dengan keramaian dan aktiivitas masyarakat. Karena apabila terjadi kesalahan dalam memilih lokasi / tempat akan berpengaruh besar pada kelangsungan hidup pemilik rumah makan.
Atas dasar latar belakang masalah tersebut, maka dalam penelitian ini dapat
ditarik judul “ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS
LAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN “
( Studi pada bakso bignyo di Pamulang)”

1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang dihadapi dalam proses penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian bakso bignyo di
Pamulang
2. Apakah pengaruh kualitas layanan terhadap keputusan pembelian di bakso bignyo di
Pamulang

1.3 Tujuan Penelitian
Suatu penelitian dilakukan tentunya memiliki beberapa tujuan. Adapun
yang menjadi tujuan dalam peneliitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan
pembelian bakso bignyo di Pamulang
2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan terhadap keputusan
pembelian bakso bignyo di Pamulang

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi manajemen
untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan
volume penjualan dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian.
2. Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian
dan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
keputusan pembelian.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pemasaran
Definisi pemasaran adalah proses sosial dimana dengan proses itu, individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,2005:10). Sedangkan menurut Alma (2004:1), pemasaran adalah segala kegiatan untuk menyampaikan barang-barang ke tangan (rumah tangga) dan ke konsumen industri, tetapi tidak termasuk kegiatan perubahan bentuk barang. Banyak orang mengira bahwa pemasaran hanya sekedar penjualan atau periklanan. Namun, penjualan dan periklanan hanyalah gunung es pemasaran. Sekarang, pemasaran harus dipahami tidak dalam pengertian lama (katakan danjual), tetapi dalam pengertian baru yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan. Jika pemasaran memahami kebutuhan pelanggan dengan baik, mengembangkan produk yang mempunyai nilai superior, memetapkan harga, mendistribusikan,dan mempromosikan produknya dengan efektif, produk-produk ini akan terjual dengan mudah. Jadi penjualan dan periklanan hanyalah bagian dari bauran pemasaran yang lebih besar dalam satu perangkat pemasaran yang bekerja bersama-sama untuk mempengaruhi pasar (Kotler dan Amstrong, 2001:7).
2.1.2 Proses Keputusan Pembelian
Pengertian keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan
keputusan dimana konsumen benar-benar membeli (Kotler, 2001). Proses keputusan pembelian merupakan suatu perilaku konsumen untuk menentukan suatu proses pengembangan keputusan dalam membeli suatu produk. Proses tersebut merupakan sebuah penyelesaian masalah harga yang terdiri dari lima tahap (Kotler, 1999).

• Pengenalan masalah
Merupakan tahap pertama di proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali
masalah atau kebutuhan
• Pencarian informasi
Pada tahap ini konsumen digerakkan untuk mencari lebih banyak informasi, konsumen
bisa lebih mudah melakukan pencarian informasi aktif, ketika lebih banyak informasi
diperoleh maka kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang barang atau jasa akan
semakin meningkat.
• Penilaian alternatif
Konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam
himpunan pikiran.
• Keputusan pembelian
Pada tahap ini konsumen secara aktual membeli suatu produk.
• Perilaku setalah pembelian
Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu. Jika produk sesuai harapan maka konsumen puas. Jika melebihi
harapan maka konsumen sangat puas. Jika kurang memenuhi harapan maka konsumen
tidak puas. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dengan suatu produk akan
mempengaruhi perilaku selanjutnya. Bila konsumen puas, dia akan menunjukkan
probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi.
2.1.3 Kualitas Produk
Pada hakekatnya seseorang membeli produk bukan hanya sekedar ia
ingin memiliki produk. Para konsumen membeli barang atau jasa karena barang
atau jasa tersebut dipergunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan (Sofjan Assauri, 2002). Menurut (Kotler & Amstrong, 2001) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
2.1.3.1 Konsep kualitas produk
Definisi dari kualitas produk adalah mencerminkan kemampuan produk
untuk menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan, kekuatan, kemudahan dalam pengemasan dan reparasi produk dan cirri-ciri lainnya (Kotler dan Amstrong,1997). Menurut Adam & Ebert (1992; 256), menyatakan bahwa “Quality is the customer’s perception”. Artinya bahwa pelanggan menilai baik buruknya kualitas suatu produk itu berdasarkan persepsinya. Suatu produk dikatakan berkualitas jika memenuhi kebutuhan dan keinginan pembeli. Kualitas ditentukan oleh pelanggan,
dan pengalaman mereka terhadap produk atau jasa. Adapun tujuan kualitas produk adalah sebagai berikut Kotler (2002:29) :
a. Mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang
telah ditetapkan.
b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
c. Mengusahakan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil
mungkin.
d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

2.1.4 Kualitas Layanan
Keberhasilan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas dapat ditentukan dengan pendekatan service quality yang telah
dikembangkan oleh Parasuraman, Berry dan Zenthaml (dalam Lupiyoadi,2006:181).
Menurut Zeithaml et al (1990), dari hasil penelitian pada 12 fokus grup di
Amerika menghasilkan adanya 10 dimensi kualitas jasa pelayanan dan selanjutnya
disederhanakan menjadi 5 dimensi, yaitu :
1. Reliability (keandalan) adalah kemampuan untuk melaksanakan
pelayanan yang semestinya secara tepat.
2. Responsiveness (ketanggapan) adalah keinginan untuk membantu
konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan seharga.
3. Empathy (empati) adalah rasa memperhatikan dan memelihara pada
masing-masing pelanggan.
4. Assurance (kepastian) adalah pengetahuan dan keramahan karyawan
serta kemampuan untuk memberikan kesan dapat dipercaya dan penuh
keyakinan.
5. Tangible (keberwujudan) adalah penampilan fasilitas-fasilitas fisik,
peralatan, personil, dan perlengkapan-perlengkapan komunikasi.


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 2). Variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian
utama peneliti. Hakekat sebuah masalah mudah terlihat dnegan mengenali
berbagai variabel dependen yang digunakan dalam sebuah model.
Variabilitas dari atau atas faktor inilah yang berusaha untuk dijelaskan
oleh seorang peneliti (Ferdinand, 2006:26). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependen adalah : keputusan pembelian (Y)
2. Variabel tidak terikat (independent variable)
Variabel independen yang dilambangkan dengan (X) adalah
variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya
positif maupun yang pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006:26). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah :
a. Kualitas produk (X1)
b. Kualitas layanan (X2)

3.1.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel dengan
cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel itu.
Pengertian operasional variabel ini kemudian diuraikan menjadi indikator empiris
yang meliputi :
A. Variabel terikat (dependent variable)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah :
keputusan pembelian ( Y ), dengan indikator sebagai berikut :
• Yakin
• Pertimbangan dalam membeli
• Sesuai keinginan dan kebutuhan
B. Variabel bebas (independent variable)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
1. Kualitas produk (X1)
Kualitas produk dapat disimpulkan sebagai penilaian konsumen
mengenai baik buruknya kualitas suatu produk. Memiliki indikator
sebagai berikut :
• Rasanya enak (X11)
• Makanan yang disajikan higienis (X12)
• Porsinya pas (X13)

2. Kualitas layanan (X2)
Kualitas layanan yang dimaksud adalah suatu kondisi dimana
produk mampu memenuhi kebutuhan orang yang
menggunakannya. Indikator dari variabel ini adalah :
• Pelayanannya cepat (X21)
• Pelayanan pegawai ramah (X22)
• Fasilitasnya baik (X23)

3.2 Penentuan Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2004 : 73), ialah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Besarnya sampel yang
dibutuhkan sangat ditentukan oleh derajat keakuratan yang dibutuhkan oleh
peneliti dalam menaksir mean populasi dari pengamatan sampelnya ( Saleh, 2001:152 ).

3.3 Jenis dan sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer
Data primer merupakan hasil tabulasi dari jawaban responden. Data
tersebut dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti yang diperoleh
langsung dari responden. Data primer didapatkan dengan menggunakan
instrumen kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan
pertanyaan tertutup dan terbuka.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, baik
berupa keterangan maupun literatur yang ada hubungannya dengan
penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil
penjualan Soto Angkring Mas Boed.

3.4 Metode pengumpulan data
1. Kuesioner (daftar pertanyaan)
Metode ini dilakuan dengan mengajukan daftar pertanyaan yang
bersifat tertutup dan terbuka kepada responden.
3.5 Metode analisis data

2. Observasi
Observasi merupakan metode penelitian dimana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung pada obyek penelitian.
3. Studi pustaka
Metode pencarian informasi dari buku-buku dan sumber-sumber lai
yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.


3.5.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan bentuk analisis yang berdasarkan dari data
yang dinyatakan dalam bentuk uraian. Analisis kualitatif ini digunakan untuk
membahas dan menerangkan hasil penelitian tentang berbagai gejala atau kasus
yang dapat diuraikan dengan kalimat.
Untuk mendapatkan data kuantitatif, digunakan skala Likert yang
diperoleh dari daftar pertanyaan yang digolongkan ke dalam lima tingkatan
sebagai berikut (Sugiyono,2004:87), misalnya :
a. Untuk jawaban a sangat tidak setuju diberi nilai = 1
b. Untuk jawaban b tidak setuju diberi nilai = 2
c. Untuk jawaban c netral diberi nilai = 3
d. Untuk jawaban d setuju diberi nilai = 4
e. Untuk jawaban e sangat setuju diberi nilai = 5
Dengan program SPSS (Statistical Package for Social Science) alat
analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan
mengenai pengaruh kualitas produk, dan kualitas layanan terhadap
Keputusan Pembelian adalah sebagai berikut :

3.5.2.1 Uji Analisis Data
1. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari suatu variabel. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukuran hanya
sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (a).
Suatu variabel dikatakan reliable jika nilai Cronbach Alpha (a) >0,6.
2. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
dan kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005).

3.5.2.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas
(independen) (Santoso, 2004).
2. Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain.
3. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

3.5.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Model regresi adalah model yang digunakan untuk menganalisis
pengaruh dari berbagai variabel independen terhadap satu variabel dependen
(Ferdinand, 2006).
Formula untuk regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana :
Y = keputusan pembelian
a = Konstanta
X1 = Kualitas produk
X2 = Kualitas Layanan
b1 = koefisien regresi untuk variabel kualitas produk
b2 = koefisien regresi untuk variabel kualitas layanan
e = error

3.5.2.4 Pengujian Hipotesis
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat dinilai
dengan godness of fit-nya.Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak), sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima
(Ghozali, 2005).
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan sebuah model menerangkan variasi variabel dependen.
2. Uji F
Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat
siginifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Dalam penelitian ini,
hipotesis yang digunakan adalah :
Dasar pengambilan keputusannya (Ghozali, 2005:84) adalah dengan
menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu:
a. Apabila probabilitas signifikansi > 0.05, maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
b. Apabila probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
3. Uji Parsial (Uji t)
Untuk menentukan koefisien spesifik yang mana yang tidak sama dengan
nol, uji tambahan diperlukan yaitu dengan menggunakan uji t.
Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2005:84) adalah dengan
menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu :
a. Apabila angka probabilitas signifikani > 0.05, maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
b. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima.

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen bakso bignyo di Pamulang.
Responden yang menjadi objek penelitian ini
berjumlah 100 orang. Ini sesuai dengan metode pengambilan sampel yang dipakai
dalam penelitian ini yaitu accidental sampling. Metode ini digunakan karena
konsumen tersebar luas di beberapa wilayah di Pamulang. Berdasarkan data dari
100 responden, melalui daftar pertanyaan didapat kondisi responden tentang
umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan per bulan.
Penggolongan yang dilakukan kepada responden dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui secara jelas dan akurat mengenai gambaran responden sebagai
objek penelitian ini. Gambaran umum responden dalam penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :

4.1.1. Deskripsi Responden berdasarkan Umur
Dalam penelitian ini informasi mengenai umur adalah informasi yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan perbedaan umur pada setiap konsumen atau
secara khususnya masing-masing responden akan mempengaruhi pengetahuan
dan sikap dalam melakukan keputusan pembelian atau lebih ke selera dan
kepantasan dalam melakukan pembelian.

Tabel 4.1
Kategori Umur Responden
No Umur Jumlah Presentase
1 < 20 tahun 29 29
2 20 – 29 tahun 40 40
3 29,5 – 39 tahun 16 16
4 39,5 – 49 tahun 10 10
5 > 50 tahun 5 5
Total 100 100
Sumber : data primer yang diolah, 2010

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa untuk umur responden yang
terbanyak adalah yang berumur antara 20 – 29 tahun sebanyak 40 (40%), diikuti
dengan usia responden kurang dari 20 tahun sebanyak 29 orang (29%). Proporsi
demikian menunjukkan adanya distribusi umur yang mencolok adalah pada umur
yang masih relative muda. Hal ini disebabkan karena pada umur tersebut biasanya
seseorang memiliki kesenangan yang cukup banyak dibanding pada umur tua.

4.1.2. Deskripsi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Informasi mengenai jenis kelamin dalam penelitian ini merupakan salah
hal yang penting juga karena dapat mempengaruhi kebutuhan sehingga akan
berpengaruh pada pilihan dalam keputusan pembelian.

Tabel 4.2
Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase
1 Laki-laki 58 58
2 Perempuan 42 42
Total 100 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2010

Diketahui bahwa untuk jenis kelamin laki-laki memiliki jumlah yang lebih
banyak dibanding jenis kelamin perempuan yaitu 58 laki-laki dan 42 perempuan.
Hal ini nampaknya menunjukkan bahwa laki-laki memiliki aktivitas dan
keinginan kuliner yang lebih besar dibanding perempuan.

4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Deskriptif
Analisis ini bertujuan untuk meninjau jawaban dari responden terhadap masingmasing
pertanyaan yang menjadi instrumen penelitian ini. Dalam hal ini
dikemukakan mengenai deskripsi jawaban responden terhadap variabel-variabel
yang diteliti, sehingga akan dapat diketahui intensitas kondisi masing-masing
variabel.

4.2.1.1. Deskripsi Variabel Kualitas Produk
Kualitas pelayanan menunjukkan kualitas dari produk soto dan makanan lain
yang ditawarkan oleh ”Bakso Bignyo di Pamulang” kepada pelanggan. Pengukuran
variabel kualitas pelayanan dilakukan dengan 3 item. Hasil penelitian diperoleh
sebagai berikut :
Tabel 4.6
Tanggapan Responden Mengenai Kualitas Produk
No Indikator Skor Jml Rata-rata
STS TS N S SS
1 Rasa yang enak 0 3 20 59 18 392 3,92
2 Penyajian yang higienis 0 4 27 49 20 385 3,85
3 Porsi yang pas 0 4 21 64 11 382 3,82
Jumlah 1159 11.59
Rata-rata 386.3 3.86

Sumber : Data primer yang diolah 2010

Keterangan :
1. Indikator 1
Nilai rata-rata = [(0x1) + (6x2) + (46x3) + (39x4) + (9x5)] : 100
= 351 : 100 = 3,51
2. Indikator 2
Nilai rata-rata = [(0x1) + (7x2) + (45x3) + (38x4) + (10x5)] :100
= 351 : 100 = 3,51
3. Indikator 3
Nilai rata-rata = [(0x1) + (6x2) + (46x3) + (41x4) + (7x5)] :100
= 349 : 100 = 3,49
4. Keputusan pembelian (Y)
Nilai rata-rata = (3,51 + 3,51+ 3,49) : 3 = 3,50
Tanggapan respoden sebagaimana pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memberikan tanggapan setuju terhadap ketiga indikator
variabel Keputusan pembelian yang dilakukan yaitu dengan skor rata-rata sebesar
3,50. Berdasarkan kategori rentang skor, maka rata-rata tersebut berada pada
tingkatan skor yang baik.

4.2.2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat
pengukur dapat mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Pengujian
validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Uji
reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana keandalan suatu alat pengukur
untuk dapat digunakan lagi untuk penelitian yang sama.






Tabel 4.11
Hasil Pengujian Validitas
No Indikator r hitung r tabel Keterangan
1 Kualitas Produk
- Indikator 1 0,721 0,197 valid
- Indikator 2 0,833 0,197 valid
- Indikator 3 0,801 0,197 valid
2 Kualitas Pelayanan
- Indikator 1 0,795 0,197 valid
- Indikator 2 0,859 0,197 valid
- Indikator 3 0,789 0,197 valid

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai
koefisien korelasi yang lebih besar dari rtable untuk sampel sebanyak 100 orang
yaitu 0,197. Nilai r hitung disajikan pada Tabel 4.10 Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa semua indikator tersebut adalah valid.

2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus Alpha. Hasil pengujian reliabilitas untuk masing-masing
variabel yang diringkas pada tabel 4.12 berikut ini:
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Alpha Keterangan
Kualitas Produk 0,688 Reliabel
Kualitas Layanan 0,747 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2010

Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel
mempunyai koefisien Alpha yang cukup besar yaitu diatas 0,60 sehingga dapat
dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner
adalah reliabel sehingga untuk selanjutnya item-item pada masing-masing
konsep variabel sebagai alat ukur.

4.2.3. Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi yang baik
harus bebas dari masalah penyimpangan terhadap asumsi klasik. Berikut ini
adalah pengujian terhadap asumsi klasik dalam model regresi.
4.2.3.1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan pengujian
terhadap nilai residual. Sedangkan pengujian dilakukan dengan menggunakan P-P
Plot.
4.2.3.2. Uji Multikolonieritas
Suatu variabel menunjukkan gejala multikolonieritas bisa dilihat dari nilai
VIF (Variance Inflation Factor) yang tinggi pada variabel-variabel bebas suatu
model regresi dan nilai tolerance yang rendah. Nilai VIF yang lebih besar dari 10
dan tolerance di bawah 0,1 menunjukkan adanya gejala multikolonieritas dalam
model regresi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan
sebagai prediktor model regresi menunjukkan nilai VIF di bawah 10 dan
tolerance di atas 0,1. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas,
yang berarti variabel bebas dapat digunakan sebagai variabel independen sebagai
prediktor yang independen.
4.2.3.3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan scatter plot.
Jika tidak terdapat pola yang teratur pada titik-titik residualnya, maka dapat
disimpulkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan tidak ada pola tertentu, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidakterjadi heteroskedastisitas.
4.2.4. Analisis Regresi Linier
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier untuk pembuktian
hipotesis penelitian. Analisis ini akan menggunakan input berdasarkan data yang
diperoleh dari kuesioner. Perhitungan statistik dalam analisis regresi linier
berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
bantuan program komputer SPSS for Windows versi 13.0.
Model persamaan regresi yang dapat dituliskan dari hasil tersebut dalam
bentuk persamaan regresi bentuk standard adalah sebagai berikut :
Y = 0,260 X1 + 0,253 X2
Persamaan regresi tersebut dapat dejelaskan sebagai berikut :
a. Koefisien regresi variabel X1 (kualitas produk) diperoleh dengan tanda
koefisien positif. Hal ini berarti bahwa kualitas produk yang lebih baik akan
meningkatkan keputusan pembelian.
b. Koefisien regresi variabel X2 (kualitas pelayanan) diperoleh dengan tanda
koefisien positif. Hal ini berarti bahwa kualitas pelayanan yang lebih baik
akan meningkatkan keputusan pembelian.
4.2.5. Uji F
Hasil pengujian diperoleh nilai F hitung sebesar 28,205 dengan signifikansi
0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa Kualitas produk dan kualitas layanan bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan pembelian
4.2.6. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya.
Hasil perhitungan regresi dapat diketahui bahwa koefisien determinasi
(adjusted R2) yang diperoleh sebesar 0,524. Hal ini berarti 52,4% keputusan
pembelian dapat dipengaruhi oleh kualitas produk dan kualitas pelayanan, dan sisanya 47,6% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi ini.
4.2.7. Uji t
Kemaknaan pengaruh kedua prediktor sebagaimana pada model tersebut
selanjutnya dibuktikan dengan pengujian hipotesis.
1. Hasil pengujian diperoleh nilai t hitung untuk variabel Kualitas Produk
terhadap Keputusan pembelian menunjukkan nilai t hitung = 3,150 dengan
signifikansi 0,002. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan arah koefisien positif,
dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
Kualitas produk memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
Keputusan pembelian dapat diterima. Hipotesis 1 diterima.
2. Hasil pengujian diperoleh nilai t hitung untuk variabel Kualitas Pelayanan
terhadap Keputusan pembelian menunjukkan nilai t hitung = 2,813 dengan
signifikansi 0,006. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan arah koefisien positif,
dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
Kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
Keputusan pembelian dapat diterima. Hipotesis 2 diterima.

4.3 Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli Bakso Bignyo di Pamulang,
yang dilihat dari atribut kualitas produk dan kualitas layanan
tempat semua mampu mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian
Bakso bignyo di Pamulang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas produk memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil ini
memberikan bukti empiris bahwa kualitas produk yang diberikan oleh Bakso
Bignyo meliputi rasa yang enak, penyajiannya yang higienis, dan porsinya yang
pas dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas layanan memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil ini
memberikan bukti empiris bahwa kualitas layanan yang diberikan oleh Bakso
Bignyo meliputi pelayanannya yang cepat, pelayanan pegawai yang ramah, dan
fasilitas yang baik dapat mempengaruhi keputusan pembelian.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan sebagai berikut ini :
1. Hasil analisis diperoleh bahwa variabel kualitas produk (X1) memiliki
koefisien regresi sebesar 0,260 (bertanda positif) terhadap keputusan
pembelian (Y) dan nilai thitung sebesar 3,150 dengan tingkat signifikansi
0,002 (< 0.05). Hal ini berarti bahwa kualitas produk (X1) berpengaruh
positif terhadap keputusan pembelian (Y). Dengan demikian Hipotesis 1
yang menyatakan bahwa kualitas produk (X1) berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian (Y) dapat diterima.
2. Hasil analisis diperoleh bahwa variabel kualitas layanan (X2) memiliki
koefisien regresi sebesar 0,253 (bertanda positif) terhadap keputusan
pembelian (Y) dan nilai thitung sebesar 2,813 dengan tingkat signifikansi
0,006 (< 0.05). Hal ini berarti bahwa kualitas layanan (X2) berpengaruh
positif terhadap keputusan pembelian (Y). Dengan demikian Hipotesis 2
yang menyatakan bahwa kualitas layanan (X2) berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian (Y) dapat diterima.

Saran
Dari hasil pengamatan diatas warung Bakso Bignyo di Pamulang menambahkan menu bakso yang baru dan memberikan promosi gratisan sehingga dapat menarik para pembelinya.

Referensi :
http://eprints.undip.ac_SAPUTRO_-_skripsi.PDF
http://www.ubm.ac.id/manajemen
http://eprints.undip.ac_ ika putri iswayanti

Kamis, 18 November 2010

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

NAMA :NUR FITRIANI
NPM :10207813
KLS :4 EA03
MATERI :ETIKA BISNIS

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Masyarakat

Pamadi Wibowo
Associate LabSosio Universitas Indonesia

Praktek tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) oleh korporasi besar, khususnya di sektor industri ekstraktif (minyak, gas, dan pertambangan lainnya), saat ini sedang disorot tajam. Kasus Buyat adalah contoh terbaru--bukan terakhir--tentang bagaimana realisasi tanggung jawab sosial itu. Tulisan ini bermaksud menelaah praktek CSR berkaitan dengan peran aktif masyarakat sipil dalam memaknai dan turut membentuk konsep kemitraan yang merupakan salah satu kondisi yang dibutuhkan dalam mewujudkan CSR.

Dalam artikel "How Should Civil Society (and The Government) Respond to 'Corporate Social Responsibility'?", Hamann dan Acutt (2003) menelaah motivasi yang mendasari kalangan bisnis menerima konsep CSR. Ada dua motivasi utama. Pertama, akomodasi, yaitu kebijakan bisnis yang hanya bersifat kosmetik, superficial, dan parsial. CSR dilakukan untuk memberi citra sebagai korporasi yang tanggap terhadap kepentingan sosial. Singkatnya, realisasi CSR yang bersifat akomodatif tidak melibatkan perubahan mendasar dalam kebijakan bisnis korporasi sesungguhnya.

Kedua, legitimasi, yaitu motivasi yang bertujuan untuk mempengaruhi wacana. Pertanyaan-pertanyaan absah apakah yang dapat diajukan terhadap perilaku korporasi, serta jawaban-jawaban apa yang mungkin diberikan dan terbuka untuk diskusi? Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi ini berargumentasi wacana CSR mampu memenuhi fungsi utama yang memberikan keabsahan pada sistem kapitalis dan, lebih khusus, kiprah para korporasi raksasa.

Telaah Hamann dan Acutt sangat relevan dengan situasi implementasi CSR di Indonesia dewasa ini. Khususnya dalam kondisi keragaman pengertian konsep dan penjabarannya dalam program-program berkenaan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Keragaman pengertian konsep CSR adalah akibat logis dari sifat pelaksanaannya yang berdasarkan prinsip kesukarelaan. Tidak ada konsep baku yang dapat dianggap sebagai acuan pokok, baik di tingkat global maupun lokal.

Secara internasional saat ini tercatat sejumlah inisiatif code of conduct implementasi CSR. Inisiatif itu diusulkan, baik oleh organisasi internasional independen (Sullivan Principles, Global Reporting Initiative), organisasi negara (Organization for Economic Cooperation and Development), juga organisasi nonpemerintah (Caux Roundtables), dan lain-lain. Di Indonesia, acuannya belum ada. Bahkan peraturan tentang pembangunan komunitas (community development/CD) saat ini masih dalam bentuk draf yang diajukan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Tak heran jika berbagai korporasi sebenarnya berada dalam situasi "bingung" untuk melaksanakan CSR.


Selain gambaran itu, tampak pula kecenderungan pelaksanaan CSR di Indonesia yang sangat tergantung pada chief executive officer (CEO) korporasi. Artinya, kebijakan CSR tidak otomatis selaras dengan visi dan misi korporasi. Jika CEO memiliki kesadaran moral bisnis berwajah manusiawi, besar kemungkinan korporasi tersebut menerapkan kebijakan CSR yang layak. Sebaliknya, jika orientasi CEO-nya hanya pada kepentingan kepuasan pemegang saham (produktivitas tinggi, profit besar, nilai saham tinggi) serta pencapaian prestasi pribadi, boleh jadi kebijakan CSR sekadar kosmetik.

Sifat CSR yang sukarela, absennya produk hukum yang menunjang dan lemahnya penegakan hukum telah menjadikan Indonesia sebagai negara ideal bagi korporasi yang memang memperlakukan CSR sebagai kosmetik. Yang penting, Laporan Sosial Tahunannya tampil mengkilap, lengkap dengan tampilan foto aktivitas sosial serta dana program pembangunan komunitas yang telah direalisasi.

Di pihak lain, kondisi itu juga membuat frustrasi korporasi yang berupaya menunjukkan itikad baik. Celakanya, bagi yang terakhir ini, walau dana dalam jumlah besar dikucurkan, manajemen CSR dibentuk, serta strategi dan program dibuat, nyatanya tuntutan serta demo dari masyarakat dan aktivis organisasi nonpemerintah masih tetap berlangsung. Sementara itu, sikap pemerintah sejauh ini masih memprihatinkan.

Secara teoretis CSR mengasumsikan korporasi sebagai agen pembangunan yang penting, khususnya dalam hubungan dengan pihak pemerintah dan kelompok masyarakat sipil. Dengan menggunakan alur pemikiran motivasi dasar, berbagai stakeholder kunci dapat memantau, bahkan menciptakan tekanan eksternal yang bisa "memaksa" korporasi mewujudkan konsep dan penjabaran CSR yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia.

Dari perspektif masyarakat sipil, pola kemitraan sangat menguntungkan karena kegiatan bisnis memiliki berbagai sumber daya penting dan kapabilitas yang dapat digabungkan untuk tujuan-tujuan pembangunan. Misalnya, pembangunan infrastruktur industri pertambangan di wilayah pedalaman mampu menyumbang secara signifikan pada penyediaan berbagai fasilitas publik, yang dapat dilihat dalam perkembangan kota Sangatta, Pekanbaru, dan Balikpapan.

Namun, peran masyarakat sipil dalam pendayagunaan berbagai sumber daya dan kapabilitas perlu disalurkan dan diperkuat oleh organisasi nonpemerintah dan pemerintah. Artinya, kemitraan adalah prasyarat dasar. Dalam khazanah kemitraan dikenal istilah "kompetensi inti pelengkap" (complementary core competencies). Kapasitas rekayasa teknis, logistik, finansial, dan sumber daya manusia yang dimiliki korporasi dapat dipadu dengan modal sosial, ekonomi, budaya, dan pengetahuan lokal. Tentu juga dengan kerangka pembangunan yang lebih luas yang dilakukan pemerintah.

Peningkatan posisi tawar masyarakat sipil masih harus diperjuangkan. Masyarakat sipil perlu memainkan peran lebih aktif dalam membentuk wacana tentang CSR. Hal ini mengisyaratkan kalangan organisasi nonpemerintah juga harus lebih memahami agenda CSR. Bukan hanya retorikanya, tetapi juga unsur-unsur terukurnya, seperti aspek legislasi dan berbagai indikator kuantitatif keberhasilan CSR dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pada kenyataannya, peta pemahaman organisasi nonpemerintah terhadap masalah ini masih sangat bervariasi. Yang tergolong garis keras condong menentang CSR, karena dianggap produk neoliberal dalam rangka penaklukan masyarakat sipil. Ada yang berkompeten, memiliki komitmen, dan dapat berkolaborasi, tapi jumlahnya masih sangat kecil. Bagian terbesar mungkin malahan hanya free rider.

Dalam era kapitalisme global saat ini, eksistensi kapitalis seperti korporasi multinasional adalah keniscayaan. Menafikan keberadaan mereka dalam dinamika pembangunan di berbagai aspek adalah irasional. Sementara itu, menyiasati kehadiran korporasi dalam kerja sama kemitraan yang sejajar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat bukanlah ilusi. Optimisme dan perjuangan mewujudkan hal itu lebih berarti dari sekadar asal berseberangan.


REFERENSI
http://www.infoanda.com/linksfollow

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR)

NAMA : NUR FITRIANI
NPM : 10207813
KLS : 4 EA 03
TUGAS : ETIKA BISNIS

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR)

Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate social responsibility merupakan suatu elemen penting dalam kerangka keberlanjutan usaha suatu industri yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Definisi secara luas yang di tulis sebuah organiasi dunia World Bisnis Council for Sustainable Development (WBCD) menyatakan bahwa CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarga. Sedangkan menurut Nuryana, 2005 CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prisip kesukarelaan dan kemitraan.

Bila kita telaah lebih dalam, CSR dapat dikatakan sebagai tabungan masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan sekedar bentuk finansial melainkan rasa kepercayaan dari masyarakat sekitar dan stakeholders lainnya terhadap perusahaan. Kepercayaan inilah yang sebenarnya menjadi modal dasar agar perusahaan dapat terus melakukan aktivitasnya. Penelitian dari Sandra Waddock dan Samuel Graves (Ann, 1998) menemukan bahwa perusahaan yang memperlakukan stakeholders mereka dengan baik akan meningkatkan kelompok mereka sebagai suatu bentuk manajemen yang berkualitas.

Stakeholders bukan hanya masyarakat dalam arti sempit yaitu masyarakat yang tinggal disekitar lokasi perusahaan melainkan masyarakat dalam arti luas, misalnya pemerintah, investor, elit politik dan lain sebagainya. Bentuk kerjasama yang dibentuk antara perusahaan dan stakeholders hendaknya juga merupakan kerjasama yang dapat saling memberikan kesempatan untuk sama-sama maju dan berkembang. Program-program CSR yang dibuat untuk kesejahteraan masyarakat pada akhirnya akan berbalik arah yaitu memberikan keuntungan kembali bagi perusahaan tersebut. Sebagai contoh hubungan dengan pekerja misalnya, dengan tidak menggunakan pekerja di bawah umur, memperhatikan kesejahteraan pekerja beserta keluarganya, mendukung serikat pekerja dan menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan ketidakadilan pada pekerja dapat meningkatkan hubungan antara pekerja dan perusahaan. Dalam hal ini pekerja akan merasa lebih di hargai, nyaman dan hubungannya tidak sekedar dia bekerja menerima upah tetapi dapat menimbulkan loyalitas terhadap perusahaan. Hal ini akan meningkatkan kinerja dan produktivitas pekerja yang tentu saja akan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan charity atau sumbangan sosial. CSR harus dijalankan di atas suatu program dengan memerhatikan kebutuhan dan keberlanjutan program dalam jangka panjang. Sementara sumbangan sosial lebih bersifat sesaat dan berdampak sementara, sehingga bisa diibaratkan hanya sebagai pelipur lara. Semangat CSR diharapkan dapat mampu membantu menciptakan keseimbangan antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Pada dasarnya tanggung jawab sosial perusahaan ini diharapkan dapat kembali menjadi budaya bagi bangsa Indonesia khususnya, dan masyarakat dunia dalam kebersamaan mengatasi masalah sosial dan lingkungan.
Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR secara berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan baku produksi yang diambil dari alam.
Kesejahteraan masyarakat akan mendorong peningkatan daya beli, sehingga memperkuat daya serap pasar terhadap output perusahaan. Sedangkan kelestarian faktor-faktor produksi serta kelancaran proses produksi yang terjaga akan meningkatkan efisiensi proses produksi. Dua faktor tersebut akan meningkatkan potensi peningkatan laba perusahaan, dan dengan sendirinya meningkatkan kemampuan perusahaan mengalokasikan sebagian dari keuntungannya untuk membiayai berbagai aktivitas CSR di tahun-tahun berikutnya.
Manfaat penerapan CSR yang dilaksanakan dengan berlandaskan pada nilai-nilai etis telah banyak dinikmati oleh berbagai perusahaan multinasional dari negara-negara Eropa. Kesediaan perusahaan-perusahaan multinasional dari Eropa untuk menerapkan CSR atas inisiatif sendiri telah membantu menciptakan deferensiasi pasar atas para pesaing mereka dari Jepang maupun AS. Selain itu juga menunjang upaya perusahaan dalam mengelola tenaga kerja, menjaga kesetiaan konsumen, mewujudkan kekuatan merek, mengurangi biaya-biaya menjadi lebih rendah, menekan risiko sosial dan bisnis, serta membangun kredibilitas usaha di mata publik maupun investor saham.
Karena itu para eksekutif perusahaan multinasional di Eropa semakin yakin bahwa perusahaan yang memiliki kinerja sosial dan lingkungan yang semakin kuat akan mampu meraih kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki kepedulian atas tanggung jawab sosialnya. Adidas, Nestle, dan Volkswagen hanya merupakan sedikit contoh perusahaan multinasional dari Eropa yang berhasil memanfaatkan CSR untuk pengembangan jaringan bisnisnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian di Bursa Efek Jakarta terhadap emiten-emiten yang melaksanakan program-program CSR menunjukkan, kegiatan CSR ternyata berbanding positif terhadap kinerja perusahaan dan imbal hasil saham. Karena CSR terdiri dari rangkaian program yang memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder perusahaan dalam jangka panjang, dengan demikian CSR tidak dapat dipandang sebagai beban sosial melainkan justru menjadi investasi sosial perusahaan.
Sebab dalam jangka panjang manfaat positif dari program CSR yang berkelanjutan akan menunjang aktivitas bisnis perusahaan. Manfaat jangka panjang ini meningkatkan keyakinan para investor di bursa efek atas prospek perusahaan di masa mendatang. Prospek yang positif dengan sendirinya meningkatkan kemungkinan dan peluang naiknya nilai investasi di bursa efek yang dilakukan saat ini.
Dengan dipenuhinya kewajiban-kewajiban ini maka perusahaan telah melakukan kegiatannya secara berkelanjutan dan tidak merugikan kepentingan para stakeholdernya. Perusahaan dalam mencari laba diperbolehkan, tetapi jangan pula mengabaikan hak-hak yang terkandung dan dimiliki oleh konsumen, investor dan masyarakat. Lebih dari itu ketika pembangunan perusahaan telah sesuai dengan kawasan peruntukannya, maka pengusaha perlu melaksanakan berbagai kewajiban untuk meminimalisir kerugian yang dialami konsumen, karyawan, investor, maupun kerusakan kualitas lingkungan hidup antara lain :
a. Kewajiban terhadap konsumen
- Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan produk yang aman.
- Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang spesifikasi produk yang
dijual perusahaan, antara lain dengan mencantumkan label yang benar.
- Konsumen memiliki hak untuk didengarkan, perusahaan dapat membuka kontak
pelanggan melalui kotak pos atau nomor telepon.
- Konsumen memiliki hak untuk dapat dapat memilih barang yang mereka beli.
- Kolusi dalam penetapan harga yang merugikan konsumen tidak dilakukan.
- Kampanye iklan tidak dilakukan secara berlebihan.
- Kampanye iklan diikuti oleh produksi dan distribusi produk sesuai dengan pesan-pesan
iklan.

- Kampanye iklan perlu memperhatikan faktor berikut ini: tidak menayangkan materi
iklan yang menonjolkan anak-anak sedang merokok, mencantumkan kandungan kalori lemah kolesterol dalam makanan, komponen vitamin, dan unsur-unsur minuman kesehatan, menayangkan dengan gencar produk konsumsi yang tidak layak dan tidak halal untuk dikonsumsi, memberikan iming-iming hadiah jika membeli produk dengan gencar, materi iklan dan film yang tidak baik untuk ditonton oleh anak-anak dan bersifat pornografi.
b. Kewajiban terhadap karyawan
- Melakukan proses seleksi dan penempatan pegawai secara transparan dengan mengajak
para calon pegawai dari sekitar komunitas untuk berpartisipasi.
- Memberikan posisi jabatan dan balas jasa gaji dan pengupahan, serta promosi jabatan
tanpa memandang agama, gender, suku bangsa, senioritas dan asal negara.
- Mematuhi peraturan dan UU ketenagakerjaan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
c. Kewajiban terhadap investor
- Meniadakan berbagai potensi kecurangan yang mungkin timbul di perusahaan terhadap
investor.
- Menghindari praktek pembuatan laporan keuangan yang disemir dan tidak sesuai
dengan standar pelaporan akuntansi yang berlaku.
- Tidak melakukan perbuatan ilegal seperti mengeluarkan cek kosong dan proses
pencucian uang (money laundry).
- Tidak melakukan proses “insider trading” dalam menjual surat berharga perusahaan.
- Mematuhi ketentuan tentang GAAP (Generally Accepted Accounting Practices),
ketentuan pasar modal bagi para emiten dan pedoman GCG yang diberlakukan
perusahaan.


d. Kewajiban terhadap Masyarakat dan Lingkungan Hidup
- Menjalankan program community social responsibility, khususnya yang berkaitan
dengan pelestarian kualitas lingkungan hidup.
- Memperhitungkan dampak lintas sektor dalam proses produksi dengan memanfaatkan
bahan baku alam secara berkelanjutan.
- Menerapkan prinsip SIDEC, Sustainabilitas, Interdependence, Diversitas, Equity,
Cohesion dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
- Mengembangkan pola hidup “kekitaan” ketimbang “keakuan” (Emil Salim).
- Menghasilkan proses produksi dengan mengoptimalkan upaya renewable resources,
daur ulang non-renewable resources, mengupayakan zero-waste clean technology; dan
pemanfaatan tataruang dan proses produksi dengan sedikit limbah dan polusi
Membangun Citra Perusahaan melalui Program CSR
Beberapa aspek yang merupakan unsur pembentuk citra dan reputasi Perusahaan antara lain :
1. kemampuan financial
2. mutu produk dan pelayanan
3. focus pada pelanggan
4. keunggualan dan kepekaan SDM
5. reliability
6. inovasi
7. penegakan good corporate governance (GCG)

REFERENSI

http://www.ppm-manajemen.ac.id/
http://www.arthagrahapeduli.org
http://rosita.staff.uns.ac.id
http://www.scribd.com

Selasa, 16 November 2010

ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS

Pengertian Etika Bisnis
Cara –cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,industri dan juga masyarakat.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.

Menurut K.Bertens ada 3 tujuan yang ingin di capai dalam etika bisnis, yaitu :
1. menanamkan atau meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.
2. memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, serta membantu perbisnisan / calon pebisnis dalam menyusun argumentasi yang tepat.
3. menbantu pembisnis /calon pembisnis, untuk menentukan sikap moral yang tepat didalam profesinya (kelak).

Ada tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.
1. Sudut pandang ekonomis
Bisnis adalah kegiatan ekonomis yaitu adanya interaksi antara produsen/ perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen dengan produsen dalam sebuah organisasi. Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja menguntungkan, tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.
2. Sudut pandang moral
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi jangan keuntungan yang diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Dengan menghormati kepentingan dan hak orang lain, maka kita sendiri tidak akan dirugikan.
3. Sudut pandang hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terkait dengan hukum. Hukum Dagang atau hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun internasional
Dari sudut pandang moral, setidaknya ada 3 tolak ukur yaitu : nurani , khaidah emas, penilaian umum.
a. Hati nurani
Suatu perbuatan adalah baik dan perbuatan yang lain buruk bila berlawanan
dengan hati nuraninya.Jika kita mengambil keputusan moral berdasarkan hati
nurani, keputusan diambil “dihadapan Tuhan”dan kita sadar dengan tindakan
tersebutmemenuhi kehendak Tuhan.
b. Kaidah emas
Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya prilaku moral adalah
mengukurnya dengan kaidah emas (positif),
c. Penilaian Umum
Cara ketiga dan barang kali paling ampuh untuk menentukan baik buruknya
suatu perbuatan atau perilaku adalah menyerahkan kepada masyarakat umum
untuk menilai.

Peran Etika dalam Bisnis:
Menurut Richard De Gorge, bila perusahaan ingin sukses/ berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu:
 Produk yang baik
 Managemen yang baik
 Memiliki etika

Haruslah diyakinin bahwa pada dasrnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena:
• Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
• Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
• Melindungi prinsip kebebasan berniaga
• Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
• Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
• Memperkuat sistem pengawasan
• Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.

10 PRINSIP PENERAPAN ETIKA BISNIS

Berikut ini adalah 10 Prinsip di dalam menerapkan Etika Bisnis yang positif:
Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi: Tidak ada perbedaan yang tegas antara etika bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran.
Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness. Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.
Etika Bisnis itu membutuhkan integritas. Integritas merujuk pada keutuhan pribadi, kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati janji dan melaksanakan komitmen.
Etika Bisnis itu membutuhkan kejujuran. Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan menyembunyika cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran. Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai. Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau stake-holder Anda.
Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis. Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.
Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang lingkup etika bisnis itu universal.
Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
Etika Bisnis itu berdasarkan nilai. Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.
Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan. Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya.” Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang konsumen yang tidak puas, rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya. Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis sekarang.

REFERENSI
www.scribd.com
www.anneahira.com
images.susenoherman.multiply.multiplycontent.com

Jumat, 12 November 2010

ETIKA BISNIS

NAMA : NUR FITRIANI
NPM : 10207813
KELAS : 4 EA03
TUGAS : ETIKA BISNIS



Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos ( tunggal) atau ta etha (jamak ) yang berarti watak, kebiasaan dan adat istiadat. Pengertian ini berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun suatu masyarakat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya
 Pengertian etika yang pertama identik dengan pengertian moralitas
 Moralitas berasal dari bahasa latin, mos (tunggal ) atau mores (jamak) yang berati ada istiadat atau kebiasaan.
 Jadi etika dan moralitas mempunyai arti yang sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang konstan dan terulang dalam kurun waktu sehingga menjadi kebiasaan.

Pengertian etika yang kedua berbeda dengan moralitas. Etika inidi pahami sebagai filsafat moral atau ilmu yang menekankan pada pendekatan kritis dalam melihat dan memahami nilai dan norma moral serta permasalahan – permasalahan moral di masyarakat.

Pengertian Moralitas
Moralitas : adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa yang
benar dan salah berdasarkan standar moral.
Standar Moral : ialah standar yang berkaitan dengan persoalan yang dianggap
mempunyai konsekuensi serius, didasrkan pada penalaran yang baik
bukan otoritas kekuasaan, melebihi kepentingan sendiri, tidak memihak
dan pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu,
menyesal dan lain-lain.

Tujuan Etika dan Norma
1. Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis, tertib teratur, damai,dan sejahtera.
2. mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara otonom.


Perkembangan sikap Moral
Anomi, tejadi pada masa anak-anak yang belum mengenal moral dan tidak peduli pada yang lain.
Heteronomi, merupakan sikap orang individu yang tergantung pada figur otoriter seperti orang tua dan guru.
Sosionomi , merupakan sikap moral individu yang tergantung pada kelompok.
Otonomi , merupakan sikap moral yang tertinggi dimana individu mengambil keputusan moral sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

Teori – Teori Etika
1. Etika Deontologi : yaitu menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik
Contoh : manusia beribadah kepada Tuhan karena sudah merupakan kewajiban
manusia untuk menyembah Tuhannya.
2. Etika Teleologi : yaitu suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik dan
membawa akibat yang baik dan berguna.

REFERENSI
ristiuty.edublogs.org/files/2008/04/pertemuan-1.ppt

PENGUSAHA YANG TIDAK BERETIKA

NAMA : NUR FITRIANI
NPM : 10207813
KLS : 4EA 03
TUGAS : ETIKA BISNIS

PENGUSAHA YANG TIDAK BERETIKA

Belum reda heboh kasus tumbangnya perusahaan-perusahaan keuangan kelas dunia, bahkan efek 'domino' akan mengakibatkan makin banyak perusahaan yang tumbang, kita dikejutkan kasus produk susu made in China yang mengandung melamin. Dikabarkan, sejauh ini telah menewaskan empat anak dan sekitar 53.000 anak menderita sakit di China. Semula diperkirakan produk yang tercemar melamin ini hanya pada susu bubuk, tetapi ternyata juga pada susu cair, yoghurt, cokelat dan biskuit.
Yang mencengangkan kita, kasus ini bukan hanya pada satu-dua perusahaan, tetapi sudah mencakup produk-produk dari 20-an perusahaan China. Jika sudah demikian banyak perusahaan terlibat, kasusnya sudah bukan "tercemar" melamin, sudah bukan ketidak-sengajaan atau ketidak-hatihatian, tetapi logikanya merupakan praktek tidak terpuji dari pengusaha yang hanya mau mencari untung.
Melamin adalah sejenis bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi plastik dan pupuk. Jika dikonsumsi manusia, bisa menyebabkan timbulnya batu ginjal, dan akhirnya gagal ginjal. Penggunaan melamin diperkirakan adalah akal-akalan dari produsen untuk meningkatkan kadar protein dalam produk susu.
Tahun lalu juga ada kasus pasta gigi made in China yang mengandung bahan berbahaya. Di Indonesia ada kasus penggunaan formalin pada bakso dan ikan asin, yang bertujuan agar dagingnya lebih awet dan tidak cepat membusuk. Juga penggunaan bahan pewarna tekstil pada sirup dan kue. Mungkin masih banyak kasus penggunaan bahan berbahaya dalam industri makanan.
Sekelompok produsen atau pedagang tanpa memperdulikan keselamatan dan kesehatan konsumen dengan "kreatif" menciptakan trik-trik untuk mencari untung. Mereka adalah kategori pedagang yang tidak berorientasi pada pelanggan, tapi hanya mau mencari untung.
Kasus melamin ini hendaklah memberikan pelajaran kepada kita semua, bahwa 'tipu daya' untuk mencari untung akan berakhir dengan kerugian pada pelanggan (konsumen) dan pengusaha itu sendiri. Berbisnis dan mencari untung ada etikanya, bukan dengan menghalalkan segala cara.
(Jim Mintarja - Founder & Master Coach of ACME Success International)

REFERENSI
http://www.jimmintarja.com

Minggu, 10 Oktober 2010

RISET PEMASARAN

NAMA : NUR FITRIANI
NPM : 10207813
KELAS : 4 EA 03
MATA KULIAH : Riset Pemasaran


ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG PALING MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN WARNET DI DAERAH PAMULANG

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi internet kini berkembang pesat. Menurut data IDC (Internet Indo Data Centra Indonesia ), ada sekitar 196 juta pengguna Internet di seluruh dunia sampai akhir tahun 1999, dan menjadi 502 juta pengguna pada tahun 2003. Saat ini pengguna internet di Indonesia sebanyak 20 juta orang diperkirakan akan bertambah sebanyak 5 juta orang di tahun 2007. Salah satu fenomena yang terjadi dengan pesatnya pertambahan pengguna internet di Indonesia adalah warung internet dan online game. Dari pengguna internet sebanyak 20 juta orang, 40% diantaranya mengakses internet dari warnet. Pada saat ini Awari (Asosiasi Warung Internet Indonesia) memperkirakan jumlah warnet yang tersebar di Indonesia telah mencapai lebih dari 10 ribu. Omset bisnis warung internet di Indonesia mencapai 180 miliar per bulan dengan margin keuntungan hanya 5%, dengan demikian para pengusaha warnet perlu mengetahui apakah konsumen telah puas terhadap produk yang telah ditawarkan atau dipasarkan. Tingkat persaingan yang sangat tinggi, juga dialami oleh warnet yang terletak di sekitar pertigaan Reni Jaya Pamulang Sehubungan dengan hal ini, maka untuk memenangkan persaingan perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan konsumen warnet puas.

Rumusan dan Batasan Masalah
Masalah yang akan dibahas oleh penulis disini adalah faktor-faktor apa saja yang menyebabkan konsumen warnet puas dan seberapa besarkah pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kepuasan konsumen warnet khususnya yang ada disekitar pertigaan Reni Jaya Pamulang.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor –faktor apa saja yang menyebabkan konsumen warnet puas dan seberapa besarkah pengaruh factor-faktor tersebut terhadap kepuasan konsumen di sekitar pertigaan Reni Jaya Pamulang .

Manfaat Penelitian
Penulisan ilmiah ini bermanfaat untuk :
1.Bagi Penulis
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonmi


2.Bagi Kampus
Untuk menambah wawasan tentang kepuasan konsumen dan untuk menambah
bahan informasi tentang menajemen pada rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi

Metode pengumpulan data
a) Riset kepustaka
b) Riset Lapangan

Data/ variable yang digunakan
Desain penelitian yang digunakan adalah gabungan antara riset eksploratori dan riset deskriptif. Penelitian ini diawali dengan penelitian eksploratori yang kemudian diteruskan dengan riset deskriptif.

Alat analisis yang digunakan
Alat analisis yang digunakan yaitu dengan Uji Validitas dan Reliabilitas, analisis korelasi, serta analisis regresi linier berganda.

BAB II
LANDASAN TEORI

Kerangka Teori

Perilaku Konsumen
Menurut John C. Mowen (1995:5), perilaku konsumen adalah sebagai berikut: “Consumer Behavior is defined as the study of the buying units and the exchange processes involved in acquiring, consuming and disposing of goods, services, experiences and ideas.” Studi tentang perilaku konsumen adalah studi mengenai bagaimana para individu membuat keputusan untuk menggunakan dana yang dimiliki untuk kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan konsumsi menyangkut bagaimana, dimana, mengapa, berapa banyak, serta berapa sering membeli.

Kepuasan Konsumen
Menurut John C. Mowen (2000:512), Kepuasan Konsumen adalah “Consumer Satisfaction is defined as the overall attitude regarding a good or service after its acquisition and use.” Definisi dari kepuasan konsumen disini adalah keseluruhan sikap yang timbul setelah membeli atau menggunakan sebuah produk atau jasa.

Atribut-Atribut Pembentuk Kepuasan Konsumen
Menurut Hawkins dan Lonney (jurnal Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetiaan terhadap merk pada konsumen pasta gigi Pepsodent di Surabaya, 2003:102), atribut-atribut pembentuk customer satisfaction dikenal dengan “The Big Eight” yang terdiri dari:
a. Value to Price Relationship
Artinya bahwa hubungan antara harga dan nilai produk ditentukan oleh perbedaan antara nilai yang diterima pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan usaha.
RISET SEBELUMNYA

b. Product Quality
Artinya merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk produk sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.
c. Product Features
Artinya merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang menghasilkan.
d. Reliability
Artinya merupakan gabungan dari kemampuan suatu produk dari badan usaha yang dapat diandalkan, sehingga suatu produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh badan usaha.
e. Warranty
Artinya penawaran untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak dalam suatu kondisi dimana suatu produk mengalami kerusakan setelah pembelian.
f. Response to and Remedy of Problems
Artinya merupakan sikap dari karyawan di dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan atau membantu pelanggan didalam mengatasi masalah yang terjadi.
g. Sales experience
Artinya merupakan hubungan semua antar pribadi antara karyawan dengan pelanggan khususnya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan pembelian.
h. Convenience of Acquisition
Artinya merupakan kemudahan yang diberikan oleh badan usaha kepada pelanggan terhadap produk yang dihasilkannya.

Pengertian Jasa
Menurut Kotler (2000:486) jasa adalah “setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.” Jasa merupakan pelayanan langsung dari produsen pemberi jasa kepada para konsumennya. Karena bersifat langsung, maka karakteristik atau ciri-ciri dari pelayanan jasa berbeda dengan produksi dan pemasaran barang.Pemasaran jasa bersifat sensitif dalam menghayati kebutuhan konsumennya. Para tenaga pemasar harus selalu dekat dan terus menerus memperhatikan para konsumennya.


BABIII
METODE PENELITIAN

Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini obyek yang diteliti adalah pelanggan atau pengunjung warung internet di sekitar pertigaan Reni Jaya Pamulang. Warung internet yang disurvey berjumlah 10 (sepuluh) warnet yaitu Kyoto, Q net, Jaya net, Pamulang net, D-base, Telkom, Meganet, Logos, Gravity, dan Heroes. Penelitian dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner selama dua hari berturut-turut di warung internet tersebut




Data / Variabel yang digunakan
Data penelitian yang digunakan adalah gabungan antara riset eksploratori dan riset deskriptif. Penelitian ini diawali dengan penelitian eksploratori yang kemudian diteruskan dengan riset deskriptif. Menurut Malhotra (2004:78) descriptive research adalah : “A type of conclusive research that has as its major objective the description of something – usually market characteristics or functions. Thus, a descriptive design requires a clear specification of the who, what, when, where, why and way (the six Ws) of the research”. Berdasarkan teori tersebut maka pertanyaan dalam kuesioner penelitian diarahkan untuk menjawab keenam W tersebut.

Pembatasan Ruang Lingkup Penelitian Dan Pemilihan Atribut Yang Akan Diteliti
Berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Warnet Komunitas Telematika (APWKOMITEL) (http://www.apwkomitel.org/warnetjakarta.htm), di Jakarta sendiri tercatat 133 warnet dan jumlah ini diyakini hanya separuh dari total keseluruhan warnet yang ada dan jumlahnya terus berkembang. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis memutuskan untuk membatasi ruang lingkup penelitian menjadi sekitar pertigaan Reni Jaya Pamulang. Dasar pertimbangan lain adalah karena penulis melihat banyaknya warnet yang terus bermunculan di sekitar pertigaan Reni Jaya Pamulang.

Pemilihan Atribut Yang Akan Diteliti

Di dalam survey tersebut terdapat atribut seperti frekuensi kunjungan, fasilitas, kecepatan akses, suasana, pelayanan, dan harga yang dibayarkan. Pertimbangan lain yang dilakukan penulis adalah karena penulis juga merupakan salah satu pelanggan warnet yang menggunakan fasilitas dari warnet secara berkala. Berdasarkan survey yang sudah ada dan pengalaman penulis sebagai pelanggan warnet, maka penulis memutuskan untuk memilih atribut yang diteliti berdasarkan survey yang sudah ada ditambah dengan atribut lokasi yang dianggap penulis dapat mempengaruhi kepuasan konsumen warnet. Atribut lokasi ini dianggap penting oleh penulis karena lokasi warnet yang dekat dan mudah didatangi bisa menjadi salah satu faktor penyebab kepuasan konsumen. Frekuensi kunjungan akan menjadi ukuran untuk tingkat kepuasan konsumen. Selanjutnya enam atribut yang akan diteliti yaitu, lokasi, fasilitas, kecepatan akses, suasana, pelayanan dan harga yang dibayarkan akan diteliti dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuosioner.

Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dimana pemilihan anggota populasi untuk masuk dalam sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti. Pertimbangan dibuat berdasarkan faktor biaya, waktu, lokasi, informasi yang dibutuhkan, dan sebagainya. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam metode non probability sampling adalah judgement sampling.
.



Sampel Penelitian
Responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah para pengunjung warung internet di sekitar pertigaan Reni Jaya Pamulang sebanyak 60 orang.

Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas
Menurut Supramono dan Haryanto (2005:780) validitas menjawab pertanyaan apakah instrumen penelitian yang telah disusun benar – benar telah akurat, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Nilai validitas diwakili oleh r (Corrected Item – Total Correlation) yang merupakan hasil dari perhitungan SPSS yaitu: Jika r ≥ r tabel, maka item variable valid Jika r ≤ r tabel, maka item variable itu tidak valid

Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang dapat menghasilkan hasil pengukuran yang relatif sama apabila instrumen itu dipakai untuk mengukur obyek yang sama pada dua atau lebih waktu yang berbeda. Teknik yang digunakan adalah koefisien Alpha Cronbach dimana besaran koefisien alpha yang diperoleh sama dengan besaran koefisien korelasi yaitu bergerak dari -1 sampai dengan +1 dan ditafsirkan secara sama dengan penafsiran atas koefisien korelasi (Aritonang, 1998:139) . Besaran koefisien Alpha (α) dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut:

α = b(V1 – Σ Vi )
( b – 1 )Vt

Keterangan:
B = Banyaknya butir instrumen
Vt = variasi skor total
Vi = variasi butir i

Perhitungan untuk menentukan besaran korelasi Alpha maka penulis akan mencoba menghitung dengan menggunakan SPSS. Nilai reliabilitas diwakili oleh r(α ) ≥ 0,7 maka item tersebut reliable. Apabila (α ) ≤ 0,7 maka item variable tersebut tidak reliable.

Analisis Korelasi
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor khususnya antara Y dengan x1, Y dengan x2, Y dengan x3, Y dengan x4, Y dengan x5, Y dengan x6. Hasil dari analisis korelasi ini akan menunjukkan hubungan antara masing-masing faktor (x) dengan kepuasan konsumen (Y). Dan hasil analisis korelasi ini akan dibuktikan lebih jauh dalam analisis regresi linear berganda.

Analisis Regresi linear berganda
Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel jika terdapat lebih dari 2 variabel dengan persamaan:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6


Dimana :
Y = Kepuasan konsumen
X1 = Lokasi
X2 = Harga
X3 = Fasilitas
X4 = Kecepatan akses
X5 = Suasana
X6 = Pelayanan

Pengukuran varibael paling penting bagi kepuasan konsumen dilakukan dengan mempelajari bentuk-bentuk regresi secara step wise analysis.

Pengujian Koefisien
Pengujian koefisien dengan tabel t, dengan rumus sebagai berikut :

r n-2
to = , mengikuti fungsi t dengan derajat kebebasan v = n
√ (1 – r2)

Kriteria Penilaian:
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

riset sbelumnya:
http://www.ubm.ac.id/manajemen

Minggu, 03 Oktober 2010

REVIEW JURNAL

Nama : Nur Fitriani
Kelas : 4 EA 03
NPM : 10207813

Tugas Riset Pemasaran (R eview Jurnal)

1. Tema / Topik : Bauran Pemasaran

2. Judul, Pengarang.& Tahun

a) judul : PERAN BAURAN PEMASARAN TERHADAP PERILAKU
PEMBELIAN KONSUMEN
Nama : Hotniar Siringoringo
Tahun : 2004
b) judul : PENGARUH PELAKSANAAN BAURAN PEMASARAN TERHADAP
PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA JAMU DI
BANDA ACEH
Nama : Rusydi Abubakar

Tahun : 2005

c) judul : “Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan
Pembelian Album Band Indie Kota Malang”
(Studi Pada Siswa AMP, Siswa SMA, Dan Mahasiswa Di Kota
Malang)
Nama : Faizal Abadi

Tahun : 2007





3. Latar belakang masalah

Era pasar bebas dunia tahun 2020,akan terjadi liberaliasi ekonomi yang berpengaruh terhadap stuktur pasar yang tidak mengenal lagi batas-batas antar negara. Persaingan tidak hanya pada skala kota dan wilayah akan tetapi persaingan kualitas dari pada kuantitas poduk dan pelayanan. Namun selain tantangan dan persaingan terdapat peluang bagi pelaku ekonomi untuk ikut memberikan kegiatan pemasaran yang makin luas. Dalm berbagai usaha bisnis yang berkmbng saat ini, baik yang meghsilkan barang maupun jaa, pern pemasaran sangatlah penting karena merupakan salah satu fakto kunci penentu kebrhasilan bisnis. Dengan katalin : pemasaran merupakan inti seluruh aktivitas bisnis.Ini berkitan dengan fungsi pemasaran,sebagai penghubung antara prusahaan dan konsumen (C.M.Lingga Purnama,2001 :1). Liberalisasi perdagangan merupakan tuntututan adanya globalisasi, yaitu suatu pelaksanaan regim kesepakatn system perdagangan dunia, hilangnya batas-batas negara yang bias menghambta kelancarn arus barang, jasa, modal dan finansial secara internaioanl.Ada dua sisi dari libralisasi perdgnagn, sisi pertama bahwa liberalisasi membrikan peluang (opportunities), melalui penurunan hambtan-hambatan tariff dannon tariff dn meningkatk akses produk-produk domstik ke pasar internaional. Sisi kedua, liberlisi perdagnagn juga menjadi ancaman (threat), karena perdagangan bebas. menuntut pnghapusan subsidi danproteksi sehingga dapat membanjirkannay produk-produk asing di pasar dalam negeri. Program pemasaran yang efektif meramu semua unsur-uns0,38ur marketing mix menjadi suatu program terpadu yang dirancang untuk mencapai sasaran perusahaan. Pengambilan keputusan tentang produk,harga, promosi,dan tempat penjualan hendaknya dapat menciptakan program pemasaran yang kohesif di pasar sasaran. Dengan demikian program pemasaran menggabungkan semua kemampuan pemasaran perusahaan tersebut akan menjadi sekumpulan kegiatan yang menentukan posisi perusahaan terhadap pesaing, dalam rangka bersaing merebut pasar sasaran. Permintaan obat tradisional (jamu) makin meningkat. Omset penjualan jamu meningkat 40 prsen setiap tahun. Pada tahun 2000 nilai penjualan jamu diperkirakan Rp. 800 milliar. Dengan peningkatan sekitar 38 % berarti nilai penjualan menmbus Rp. 1,2 triliun. Adapun hingga akhir tahun 2002, diperkirakan terjadi kenaikan setara, setidaknya menembus angka penjualan Rp. 1,8 triliun. Yang menggembirakan konsumsi terbesar jamu tersebut adalah pasar dalam negeri. Artinya masih banyak konsumen jamu loyal di negeri ini. Hal ini juga dikuatkan temuan survei MARS (Marketing Research Specialist) baru-baru ini., bahwa lebih dari 85,40 % konsumen jamu adalah konsumen loyal. Disebutkan hanya 12,36 % bisa dibujuk untuk pindah. ke merek lain, dan hanya 2,24 % yang berencana atau siap-siap pindah ke merek lain. Persaingan bisnis industri jamu yang semakin ketat, memaksa setiap perusahaan selalu berebut perhatian konsumen melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, dengan memperhatikan kecenderungan perubahan sosial, menganalisis kiat-kiat pesaing dan mengamati perubahan teknologi,ekonomi,politik dan sosial. Jika ada pelanggan yang menghentikan pembeliannya atau pindah ke produk lain, perlu disikapi sebagai suatu perubahan perilaku konsumen. Perubahan perilaku konsumen semacam ini harus dilihat sebagai kenyataan yang buruk. Berdasarkan uraikan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul yang berkaitan dengan “ Pengaruh Pelaksanaan Bauran Pemasaran terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen pada Jamu di Banda Aceh”

Adapun perumusan masalah sebagai berikut:

Sejauh mana pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran oleh industri jamu terhadap proses pengambilan keputusan pembelian konsumen produk jamu di Banda Aceh. Dan bauran pemasaran yang mana pengaruhnya paling besar terhadap pengambilan keputusan pembelian konsumen pada industri jamu.


Metedologi
Penelitian ini menganalisa pengaruh bauran pemasaran industri jamu terhadap proses keputusan pembeli konsumen. Objek penelitian untuk variable bebas/independent variable adalah bauran pemasaran dengan sub variable yaitu : produk,harga.promosi dan tempat.
Objek penelitian lainnya sebagai variabel terikat/Dependent Variabel adalah keputusan pembelian konsumen. Yang dijadikan respon adalah pengguna produk jamu. Untuk menganalisa objek penelitian ini dipergunakan pendekatan deskriptif dan variatif, melalui analisis jalur (Path Analysis).
Manajemen penelitian ini merupakan pendekatan Ilmu Ekonomi Terutama dari ilmu uang memfokuskan pada bidang Manajemen Pemasaran secara khusus pada aspek bauran pemasaran dan pengaruhnya terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada industri jamu di Banda Aceh.
Variabel-varibel dalam penelitian pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses keputusan-keputusan pembelian konsumen pada indutri jamu Di Banda Aceh terdiri dari :
1. Variabel bebas/independent variabel (Variabel X) adalah bauran pemasaran. Sub
variable : produk (X1),harga (X2), promosi(X3) dan tempat (X4).
2. Produk terikat/Dependent variabel (variabel Y) adalah proses keputusan
pembelian konsumen.
Unit observasi pada penelitian ini adalah industri jamu Kota Banda Aceh untuk mendapatkan data sekunder,konsumen produk jamu yang ada di Banda Aceh untuk mendapatkan data primer sebagai unit analisis dalam penelitian ini.
1. Dalam penelitian ini ukuran sample untuk konsumen (responden) ditentukan
berdasarkan bentuk pengujian statistik yang akan digunakan untuk menguji
hipotesis. Hipotesis akan diuji dengan menggunakan Analisis Jalur (Path
Analysis). Dengan demikian ukuran sample minimal untuk analisis jalur ini,
dapat ditentukan melalui rumus ukuran sample minimal untuk ukuran korelasi
koefisien yang dilakukan secara iteratif (perhitungan berulang-ulang)
2.Apabila ukuran sample minimal pada iterasi pertama dan iterasi kedua harganya
sampai dengan bilangan yang satuannya sama, maka iterasi berhenti. Apabila
belum sama, lakukan iterasi ketiga dengan menggunakan rumus 4b, demikian
seterusnya sampai ukuran sample yang akan ditentukan sudah sama baru berhenti.
3. Berdasarkan keterangan di atas dalam penelitian ini diambil :

Hasil dan kesimpulan

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisa jalur (path analysis). Pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran (X) terdiri dari produk (X1),harga (X2), promosi (X3), dan tempat (X4) di mana semua variabel tersebut adalah variabel bebas (independent). Sedangkan variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini pengambilan keputusan pembelian konsumen (Y), disamping itu terdapat variabel residual yang diberi lambang (ε). Nilai koefisien jalur dari persamaan struktural tersebut, perlu dilakukan pengujian signifikannya, untuk mengetahui kebermaknaan variabel bebas Xi mempengaruhi variabel tidak bebas (Y), melalui dua langkah pengujian koefisien jalur, yaitu langkah pertama pengujian hipotesis secara simultan, sedangkan langkah kedua dilakukan pengujian hipotesi secara parsial. Pengujian secara simultan berfungsi menilai kebermaknaan seluruh koefisien jalur variabel bebas terhadap koefisien jalur variabel tidak bebas, dan pengujian secara parsial, menilai kebermaknaan masing-masing koefisien jalur dari variable bebas terhadap koefisien jalur dari variabel tidak bebas. Secara statistik, dalam pengujian hipotesis secara simultan digunakan uji F (Bahren-Fisher), sedangkan secara parsial dilakukan uji t-student. Hasil analisis pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variable bebas mempengaruhi variable tidak bebas, artinya bahwa variable produk jamu (X1), harga jamu (X2), promosi jamu (X3),dan tempat penjualan jamu (X4) berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen. Secara matematis, hasil pengujian tersebut dirumuskan dalam persamaan :
Y=0,452748 X1 + 0,332349 X2 + 0,529537 X3 + 0,50156 X4
Hubungan matematis ini menunjukkan nilai Fhit sebesar 158,8573796, sedangkan nilai F0,05 adalah sebesar 2,407, sehingga Fhit > F0,05, berarti Ho ditolak (signifikan). Besarnya pengaruh variable bebas terhadap variable tidak bebas dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,7428, yang berarti bahwa variasi keputusan pembelian konsumen pada industri jamu dipengaruhi oleh produk jamu (X1), harga(X2), promosi jamu (X3) dan tempat penjualan jamu (X4) sebesar 74,28 persen. Sedangkan sisanya sebesar 25,72 persen ditentukan oleh variable lainnya. Dengan kata lain, sebenarnya keputusan pembelian konsumen pada industri jamu tidak hanya ditentukan oleh variabel-variabel tersebut,tetapi ditentukan juga oleh faktor-faktor lainnya. Secara statistik,hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan hasil yang signifikan, untuk itu perlu dilakukan pengujian hipotesis secara parsial melalui uji t-student. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variable bebas (Xi) terhadap variable tidak bebas (Y) disajikan



Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpualan sebagai berikut :
1. Dari pengujian statistik ternyata pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran
produk industri jamu di Banda Aceh secara simultan berpengaruh positif
(58,11%) hal ini dicerminkan dari tanggapan/pertimbangan konsumen atas
masing-masing indikator bauran pemasaran yang meliputi produk, harga,
promosi dan distribusi atau tempat industri jamu di Banda Aceh. Dan jika
dianalisis secara parsial produk berpengaruh positif,harga berpengaruh
positif,promosi berpengaruh positif dan distribusi atau tempat berpengaruh
negatif terhadap keputusan pembelian konsumen. Dan juga yang tidak bisa
diabaikan oleh industri jamu di Banda Aceh yaitu faktor lain yang mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen yaitu sebesar (41,89%)
2. Pengaruh bauran pemasaran terhadap proses keputusan pembelian konsumen
yang paling dominan dari unsur bauran yang terdiri dari :
A. Bauran produk yang dilaksanakan oleh industri jamu mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada industri jamu di
Banda Aceh (19,98%)
B. Bauran harga yang dilaksanakan oleh industri jamu mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada industri jamu di
Banda Aceh (8,53%).
C.Bauran promosi yang dilaksanakan oleh industri jamu mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada industri
jamu di Banda Aceh (28,60%)
D. Ditribusi atau tempat yang dilaksanakan oleh industri jamu tidak mempunyai
pengaruh non signifikan terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada
industri jamu di Banda Aceh (1,00%)

Saran untuk lanjutan
Berdasarkan review jurnal diatas dalam pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran, sebagai produsen harus mengetahui karakteristik dari pasar tersebut, serta memberikan suatu keuntungan bagi konsumen dalam memasarkan produk mereka dengan cara melakukan sebuah promosi.

Rabu, 02 Juni 2010

keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat di wilayah Pamulang

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik,
karena preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu
konsumen berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan
dibutuhkan juga berbeda. Masih terdapat banyak faktor yang berpengaruh
terhadap keputusan pembelian. Produsen perlu memahami perilaku konsumen
terhadap produk atau merek yang ada di pasar, selanjutnya perlu dilakukan
berbagai cara untuk membuat konsumen tertarik terhadap produk yang
dihasilkan.
Assael (1995) dalam Sodik (2004) mengembangkan model perilaku
konsumen dengan menetapkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
konsumen. Faktor pertama yang berpengaruh pada konsumen adalah stimuli.
Stimuli menunjukkan penerimaan informasi oleh konsumen dan pemprosesan
informasi terjadi saat konsumen mengevaluasi informasi dari periklanan,
teman atau dari pengalaman sendiri. Pengaruh kedua berasalHasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses
atau keputusan pembelian telah banyak dilakukan. Melalui riset ini akan
dianalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keputusan
pembelian sepeda motor Yamaha Mio . Ketertarikan pemilihan merek tersebut
karena produk sepeda motor Yamaha Mio semakin diminati tidak hanya
dikalangan wanita Indonesia tetapi juga seluruh kalangan anak muda. Gaya
hidup modern merupakan salah satu faktor individu yang dapat
mempengaruhi perilaku pembelian seseorang, Sepeda motor Yamaha Mio
adalah salah satu sepeda motor outometic atau disebut juga Skutermatik yang
dulunya di rancang khusus untuk wanita, tetapi sekarang diminati oleh semua
kalangan anak muda.
Sepeda motor model Skutermatik semakin melaju. Kontribusinya
hampir setara dengan penjualan sepeda motor model Bebek 125cc ke atas
yang merupakan produk andalan. Dapat dilihat tercatat volume penjualan
semester pertama tahun 2007 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Volume penjualan semester pertama tahun 2007
Skutik
Posisi Model / Type Penjualan
1 Yamaha Mio 224.190
2 Honda Vario 149.196
3 Suzuki Spin 27.809
4 Yamaha Nouvo 8.388
5 Kymco Free 2.711
Sumber: Tabloid Otomotif (Edisi 16/XVII/2007, 20 Agustus 2007)

Prestasi yang baik diraih oleh Honda Vario yang mampu berada di
posisi 2 padahal ini termasuk skutermatik yang baru datang belakangan. Tentu
saja perusahaan Yamaha tidak tinggal diam. Dan untuk menjaga keamanan
posisi nomer satunya, Yamaha bulan Agustus 2007 merilis Yamaha Mio Soul
yang tampangnya lebih macho. Rupanya Yamaha sadar bahwa walau pun
Yamaha Mio dibuat untuk wanita, tetapi pemakai Mio justru lebih banyak
pria. Sedangkan Yamaha Nouvo cukup berada di posisi 4 mengungguli
Kymco si pelopor pertama sepeda motor outomatik.Tabloid Otomotif (Edisi
16/XVII/2007, 20 Agustus 2007)
Kehidupan masyarakat modern saat ini turut mempengaruhi pola
perilaku masyarakat dalam pembelian. Kehidupan modern seringkali di
identikkan dengan gaya hidup yang selalu mengikuti trend atau perkembangan
jaman. Dalam kondisi seperti ini, keputusan memilih merek turut berperan
dalam gaya hidup modern, sehingga keinginan untuk membeli produk yang
bermerek turut mewarnai pola konsumsi seseorang. Lannon (1996) dalam
Muafi (2003) menambahkan bahwa, “kehidupan masyarakat modern memiliki
implikasi pada peran merek, artinya konsumen tidak sekedar menginginkan
produk, tetapi juga merek”. Merek yang telah mapan biasanya dijadikan
simbol sebagai suatu produk yang sukses, sehingga ekuitas merek turut
berpengaruh terhadap kondisi emosional konsumen. Meskipun di pasar
banyak beredar produk-produk yang sejenis terutama produk pesaing,
semuanya itu akan tergantung dari ekuitas konsumen terhadap merek. Artinya
jika konsumen telah memahami benar tentang merek yang diyakininya, maka

kepribadian merek dibenak konsumen akan semakin kuat. Ekuitas merek
merupakan persepsi total konsumen terhadap merek yang dapat dibentuk
melalui informasi baik dari, pendapat teman atau pengalaman sendiri. Jika
konsumen memiliki persepsi yang baik terhadap merek akan mempengaruhi
terbentuknya pilihan produk yang akan dibeli, selanjutnya akan membentuk
sikap positif yang pada gilirannya akan mempengaruhi keputusan pembelian.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sodik (2004) bahwa informasi yang diperoleh
dan diproses konsumen akan membentuk preferensi seseorang terhadap suatu
obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek
yang pada gilirannya sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi
apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.
Persepsi konsumen terhadap kualitas produk akan membentuk
preferensi dan sikap yang pada gilirannya akan mempengaruhi keputusan
untuk membeli atau tidak. Hal ini sejalan dengan pendapat Aaker (1997)
dalam Sodik (2004) bahwa kesan kualitas memberikan nilai dalam beberapa
bentuk diantaranya adalah alasan untuk membeli.
Niat untuk melakukan pembelian dapat terbentuk dari sikap
konsumen terhadap bauran pemasaran diantaranya melalui promosi. Kegiatan
promosi sepeda motor Yamaha mio diantaranya dapat dilakukan melalui
periklanan, pemberian hadiah, potongan harga, dan personal selling.
Sejalan dengan hal diatas keputusan konsumen dalam pembelian
sepeda motor Yamaha mio dapat dipengaruhi oleh stimuli atau rangsangan
pemasaran seperti kualitas produk, promosi melalui iklan yang menarik,

diskon, hadiah. Selain itu desain turut mempengaruhi keputusan pembelian.
Umumnya konsumen menginginkan desain yang inovatif dari waktu ke
waktu.
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi pokok permasalahan
adalah sejauh mana kualitas produk, promosi, dan desain berpengaruh
terhadap keputusan pembelian sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat di
wilayah Pamulang
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah kualitas produk berpegaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah
Pamulang?
2. Apakah promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Pamulang?
3. Apakah desain berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Pamulang?
4. Apakah secara bersama-sama kualitas produk, promosi, dan desain
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk sepeda
motor Yamha mio pada masyarakat wilayah Pamulang?

5. Faktor manakah diantara kualitas produk, promosi, dan desain yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian produk
sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat wilayah Pamulang?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produksi, promosi, dan desain
terhadap keputusan pembelian produk sepeda motor Yahama Mio pada
masyarakat wilayah Pamulang baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap
keputusan pembelian produk sepeda motor Yamaha Mio pada masyarakat
wilayah Pamulang

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendapat
Assael mengenai pengembangan model perilaku konsumen bahwa
rangsangan perusahaan dalam penelitian ini berupa kualitas produk,
promosi, dan desain turut mempengaruhi keputusan konsumen dalam
pembelian. dari karakteristik
pribadi konsumen meliputi persepsi, sikap, manfaat serta karakteristik
konsumen (demografi, kepribadian, gaya hidup). Pengaruh yang ketiga respon
konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu
pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor diatas. 2. Secara Praktis
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi
citra produk sepda motor Yamaha Mio melalui kualitas produk, promosi, dan
desain.
3. Secara Metodologi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau
kajian bagi penelitian sejenis.






E. SISTEMATIKA PENELITIAN
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian.

Bab II : Landasan Teori
Dalam bab ini akan diuraikan landasan teori yang terdiri dari
pengertian pemasaran, konsep pemasaran, bauran pemasaran,
perilaku konsumen dan faktor – faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen.

Bab III : Metodologi Penelitian
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kerangka pemikiran,
pengajuan hipotesis, sumber data, definisi variabel, teknik
pengumpulan data, teknik pengambilan sampel dan teknik
analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan gambaran umum masyarakat di
wilayah kota Pamulang, serta hasil analisis data statistik yang
terdiri dari uji validitas danuji reliabilitas instrumen, analisis
linier berganda dan uji statistik (uji t, uji f dan uji koefisien
determinasi).

Bab V : Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dan saran.


REFERENSI

Albari, (2002), “Mengenal Perilaku Konsumen Mengenai Penelitian Motivasi”,
Jurnal Siasat Bisnis, UII, No. 7 Vol. 1, Yogyakarta.

Aryani, Lilis, (2005), Pengaruh Kualitas Produk, Promosi dan Pelayanan
Distributor Terhadap Keputusan Pembelian, Skripsi FE Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Kotler, Philip. (1997), Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan
Implementasi Dan Kontrol, Jilid 1, Jakarta, PT. Prehalindo.

Swastha, Basu & Handoko, Hani, (2000), Manajemen Pemasaran : Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi pertama, BPFE Yogyakarta.

www.yamaha-motor.co.id